Selasa, 25 September 2012

Teori Atom Niels Bohr dan Louis De Broglie


1. Niels Bohr

Berangkat dari gagasan Planck mengenai kuantisasi energi, pada 1913 Niels Bohr(1885-1962), seorang fisikawan Denmark, menyatakan bahwa elektron di dalam atom berada pada tingkat-tingkat energi tertentu. Jika atom menyerap energi,elektron melompat ke tingkat energi yang lebih tinggi. Jika elektron kembali pada tingkat energi sebelumnya yang lebih rendah maka atom mengeluarkan energi. Tingkat-tingkat energi tersebut mempunyai nilai-nilai diskrit (terkuantisasi); penyerapan dan pengeluaran energi juga terjadi secara diskrit. Atom dengan konsep ini disebut atom Bohr.  Model atomnya berdasarkan teori kuantum untuk menjelaskan spektrum gas hidrogen,
1.    Atom terdiri dari atas inti yang bermuatan positif dan disekitarnya beredar elektron-elektron yag negatif.
2.    Dalam atom elektron beredar mengelilingi inti atom pada lintasan (orbit) tertentu yang dikenal sebagai keadaan gerakan yang stasioner (tetap) dengan tingkat energi yang dinyatakan dengann (n=bilangan positif)
3.    Sepanjang elektron berada dalam lintasan stasioner energi akan konstan sehingga tidak ada cahaya yang dipancarkan / diserap.
4.    Elektron hanya dapat berpindah dari lintasan yang lebih rendah ke lintasan yang lebih tinggi jika menyerap energi sebaliknya elektron berpindah dari lintasan tinggi ke lintasan rendah jika terjadi pembebasan energi.

Model atom Bohr mampu menjelaskan cukup baik atom hidrogen tetapi tidak mampu menjelaskan spectrum dari atom yang mengandung banyak elektron dan juga tidak mampu menjelaskan ikatan atom. Walaupun model atom Bohr ternyata kurang memadai untuk menjelaskan berbagai gejala atom, namun langkah Bohr merupakan satu tahapan penting dalam perkembangan konsep atom. Model atom yang dikemukakan oleh Bohr berbasis pada model yang diberikan oleh Rutherford, yaitu bahwa atom tersusun dari partikel-partikel. Partikel bermuatan positif berada di pusat atom, yang disebut inti atom, dan di sekeliling inti atom ini terdapat elektron elektron yang bermuatan negatif dengan jumlah yang sama dengan muatan positif inti atom.        
Perbedaan penting antara kedua model atom itu adalah bahwa dalam model Rutherford elektron berada di sekeliling inti atom dengan cara yang tidak menentu sedangkan pada model atom Bohr elektron-elektron tersebut berada pada lingkaran-lingkaran orbit yang diskrit dan tertahan pada orbitnya tanpa kehilangan energi; energi elektron adalah diskrit.
Niels Bohr merumuskan tingkat-tingkat energi (En) dari atom hidrogen sebagai berikut


2. A. LOUIS DE BROGLIE

Salah satu dari kelemahan dari teori atom Niels Bohr yaitu tidak dapat menjelaskan mengapa elektron hanya boleh berada pada tingkat energi tertentu. Pertanyaan itu baru dapat dijelaskan setelah Louis de Broglie, seorang ahli fisika Perancis, mengemukakan gagasannya tentang gelombang materi. Gagasan ini merupakan kesimetrian atau penerapan yang lebih luas dari gagasan partikel cahaya yang dikemukakan oleh Max Planchk-Einstean. Jika cahaya memiliki sifat partikel, maka partikel juga memiliki sifat gelombang. Menurut de Broglie, gerakan partikel mempunyai ciri-ciri gelombang

Hipotesis de Broglie kemudian terbukti kebenarannya, ketika ditemukan bahwa elektron menunjukan sifat difraksi seperti halnya sinar X. Sifat gelombang dari elektron digunakan dalam mikroskop elektron.
            Hipotesis Louis de Broglie sebenarnya berlaku untuk setiap benda yang bergerak. Namun demikian, jika diterapkan untuk benda-benda biasa, seperti bola golf atau  peluru, yaitu benda yang mempunyai massa relatif besar, Maka persamaan de Broglie akan menghasilkan panjang gelombang yang sangat kecil, tidak teramati

    B. WERNER HEISENBERG

            Penemuan sifat gelombang partikel memunculkan pertanyaan tentang ketepatan mekanika klasik dalam mendiskripsikan gerakan elektron. Mekanika klasik menjelaskan dengan baik gerakan benda-benda biasa. Berdasarkan mekanika klasik kita dapat memprediksikan posisi, kecepatan, serta arahnya pada setiap saat dengan ketilitian tinggi. Dapatkah hal serupa diterapkan untuk elektron yang notabene gerakaanya bagaikan gelombang? Gelombang bergerak dan mengembang dalam ruang, dimana posisinya tidak dapat dinyatakan secara pasti. Oleh karena itu, tidak mungkin menentukan posisi elektron secara pasti pada suatu waktu yang spesifik.
            Berkaitan dengan dualisme sifat elektron, seorang ahli fisika Jerman, yaitu Werner Heisenberg, menyimpulkan suatu keterbatasan dalam menentukan posisi dan momentum elektron. Kesimpulan Heisenberg dikenal sebagai asas ketidakpastian. Menurut Heisenberg, tidaklah mungkin menentukan posisi dan momentum elektron secara bersamaan dengan ketelitian tinggi. Jika suatu percobaan dirancang untuk memastikan posisinya, maka ketidakpastian momentumnya akan semakin besar; sebaliknya jika pecobaan dirancang untuk memastikan momentum atau kecepatannya, maka ketidakpastian posisinya semakin besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar